Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Indonesia

Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Indonesia

28 September 2015
Penulis: Administrator

Berdasarkan data Direktorat Energi Baru-Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), beberapa tahun belakangan ini konsumsi energi Indonesia meningkat hingga 7% per tahun. Untuk mengatasinya, pengembangan energi terbarukanlah (renewable energy) menjadi solusi di indonesia. salah satunya dengan memanfaatkan energi tenaga air, Selain energi terbarukan, energi ini pun menjadi salah satu sektor yang banyak dikembangkan. Salah satunya, project pembangkit listrik Tenaga Air (PLTA) Lariang hasil kerjasama PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) dengan SN Power (Norwegia) dan Aboitiz Power (Filipina).
 
Pemenuhan kebutuhan tersebut tak cukup hanya mengandalkan energi fossil. Diperlukan adanya upaya sistematis untuk mengembangkan potensi energi baru dan terbarukan yang jumlahnya sangat berlimpah di Indonesia. Potensi besar tersebut antara lain berupa panas bumi, bahan bakar nabati, coal bed methane (CBM), angin, matahari, hingga tenaga air (hydro energy).
 
Baik dari sisi legislasi maupun pemerintahan, dorongan untuk pemanfaatan energi terbarukan sudah lebih dari cukup. Melalui Perpres No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional pemerintah telah menginsruksikan agar dominasi energi mixed nasional yang saat ini berasal dari minyak bumi secara bertahap diubah menjadi energi alternatif lainnya yang termasuk di dalamnya energi terbarukan sebanyak 17% pada 2025 nanti.
 
Sangat wajar jika bisnis PLTA atau pembangkit listrik tenaga air mendapat dukungan pemerintah, dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 Tahun 2009 tentang harga pembelian tenaga listrik oleh PT PLN (Persero) dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan skala kecil dan menengah.
 
PROYEK PLTA LARIANG 127 MEGAWATT
 
PLTA Lariang, yang berkapasitas 127 megawatt (MW) di Mamuju Utara, Sulawesi Barat ini, akan dikembangkan oleh anak usaha Nusantara Infrastructure, PT Energi Infranusantara (EI) yang bermitra dengan SN Power, perusahaan energi terkemuka dari Norwegia, dan Aboitiz Power, perusahaan energi terkemuka di Filipina. Pada 28 September 2015, EI melakukan penandatangan MoA (Memorandum of Agreement) dengan SN Power dan Aboitiz Power. disaksikan oleh Ir. H. Agus Ambo Djiwa, MP, Bupati Mamuju Utara, dan Mr.Ole Schanke Eikum, Commercial Counsellor dari Kedutaan Norwegia, serta segenap Pemerintah Kabupaten, media, dan perwakilan-perwakilan masyarakat Mamuju Utara.

Dengan luas wilayah sebesar 3.043,75 km2 dan jumlah penduduk mencapai 215.345 jiwa. Kebutuhan akan ketersediaan listrik sangat penting bagi masyarakat, karena listrik adalah infrastruktur hulu yang menjadi motor penggerak serta kunci penigkatan ekonomi.
Proyek ini diperkirakan akan menelan biaya sebesar US$ 376 juta, merupakan langkah Perusahaan dalam berkontribusi pada pengembangan infrastruktur yang digalakkan pada Pemerintahan Jokowi, khususnya pada pengembangan listrik 35.000 MW. Pada proyek ini, bermitra dengan para investor asing yang ahli dan kompeten di bidang energi terbarukan merupakan bentuk komitmen Perusahaan untuk memberikan kontribusi maksimal bagi pemegang saham dan seluruh pemangku kepentingan.
 
SN POWER DAN ABOITIZ POWER
 
SN Power adalah anak perusahaan dari perusahaan yang dimiliki oleh pemerintah Norwegia yaitu Statkraft dan Norfund yang bergerak pada pembangunan dan operasional pembangkit listrik tenaga air. Pembangunan PLTA Lariang ini merupakan salah satu proyek Pertama SN Power di Indonesia.
 
Sementara itu, AboitizPower merupakan perusahaan publik yang menjadi perusahaan induk (holding company) untuk investasi Aboitiz Group di bidang pembangkit listrik, distribusi listrik dan pelayanan listrik retail. Aboitiz Power adalah salah satu produsen listrik terbesar di Filipina dengan aset-aset yang tersebar di seluruh negeri.
 
Bekerjasama dengan SN Power dan Aboitiz Power merupakan suatu prestasi yang positif, karena perusahaan tersebut sangat selektif dalam memilih mitra untuk mengembangkan sayap bisnisnya di Asia Tenggara.